Thursday, 8 March 2012

really!

ini kisah cinta gue guys. gue bikin ini karna tugas sekolah gue buat ujian praktek. gak sepenuhnya real. tapi ini......'hope mantan' hiks! *nangiskece.


Masa SMA Masa Terindahku
Pagi ini masih sama seperti pagi pagi sebelumnya. Naira berangkat kesekolah diantar oleh ojek langganannya. “aduh kesingan! Bang, ngebut yah”, kata Naira buru buru.
Sesampainya disekolah, perdiksi Naira yang kiranya belum terlambat pun salah. Ternyata bel sudah berbunyi 10 menit yang lalu.
“Naira! Cepat kesini! Apa alasanmu terlambat lagi?”, Ibu Dina sudah berdiri di depan ruang piket untuk menghukum anak anak yang terlambat masuk. “Maaf bu, aku kesiangan hehe”, Naira menjawab sumringah ketakutan. Belum sempat bu Dina menjawab alasan Naira, datang lagi satu anak laki laki yang sepertinya juga terlambat. Naira terkejut ketika melihat siapa yang datang. Ya, yang datang adalah Haikal. Mantan kekasih Naira yang masih sangat dicintainya.
“ma ma maaf bu, tadi macet, kan ibu tau rumah saya jauh dari sini’, Haikal langsung membela diri. “sama saja kalian berdua! Banyak alasan! Naira kesini kamu, sedang apa kamu malah mengumpat dibelakang saya?”, bu Dina semakin marah. Ketika melihat Naira, Haikal pun kaget mengapa hanya mereka berdua yang terlambat. Dan tanpa befikir panjang bu Dina langsung menghukum mereka dengan tidak mengizinkan mereka untuk mengikuti pelajaran pada jam pertama dan harus menunggu jam kedua di ruang piket. Mereka berdua duduk diruang piket, mereka saling diam membisu dan tidak ada satu pun dari mereka yang saling sapa. Ini dikarenakan masa lalu mereka yang berakhir tidak harmonis.
Bel pelajaran kedua berdering.
Naira langsung menceritakan kejadian singkat tadi bersama sahabat sahabatnya. Lima orang sahabatnya adalah Diana yang cantik, Vella yang selalu tegas dan galak, Chacha yang selalu membuat semua orang tertawa, Nana yang lucu, dan Icha si cantik berkerudung.
“gue masih gak nyangka kenapa tadi gue bisa berdua doang sama Haikal”, curhat Naira. “pasti lo ngobrol kan sama dia? Ya kan ya kan?”, balas Chacha dengan suara genitnya. “boro boro! Gue diem dieman. Kayaknya dia emang udah beneran benci deh sama gue. Buktinya, dia aja sampai ganti nomer buat ngelupain gue”, mata Naira mulai berkaca kaca. “positive thinking! Lo pasti bisa move on! Masih banyak cowok di luar sana yang sayang lo dan lo gak bisa terus terusan ngegalauin Haikal!”, Diana menyemangati. “dia dulu berarti banget buat gue, wajar kalo gue susah ngelupainnya”, Naira yang tidak kuat pun menitihkan air mata.
Di tempat yang berbeda, kelas XI IPS 3.
Haikal juga menceritakan kejadian yang sama dengan sahabatnya si Ali. Setelah mendengarkan curhatan Haikal panjang lebar, Ali pun langsung bertanya satu hal, “lo masih sayang sama Naira? Jujur lebih baik Kal”. Haikal yang tadinya sempat diam langsung menjawab, “gue bingung sama perasaan gue. Terkadang gue sayang sama dia, tapi kalau gue ingat masa lalu gue, perasaan benci gue tumbuh lagi”. “lebih baik lo dan dia berdamai. Hampir kurang dari 2 bulan dia udah gak ada disekolah kita. Jangan sampai lo menyesal Kal”, kata Ali memberikan pendapat. Mendengar pendapat Ali, Haikal hanya diam.
     Ketika istirahat tiba, Naira dan kelima sahabatnya duduk di meja kantin langganannya. Dan lagi lagi tanpa disengaja, Haikal dan teman temannya juga duduk di seberang meja yang ditempati Naira.
“Kal, Naira tuh”, kata Ali berbisik bisik. Haikal mendengar tetapi tetap cuek dan berusaha untuk tidak memperdulikannya. “Awas nyesel loh Kal, kurang dari 2 bulan lagi!”, kata Ali menghasut. Dan tetap tidak ada satu pun kata yang terucap dari mulut Haikal.
        Diana yang duduk persis di hadapan Haikal daritadi memergoki Haikal yang sedang curi curi pandang memperhatikan Naira. “Ra, Haikal ngeliatin lo tuh daritadi”, Diana memberi tahu. “mungkin emang matanya lagi ngeliat ke arah gue kali, dia kan benci sama gue”, Naira merendah. “tatapannya beda cun! Kayak masih sayang. Gue yakin someday dia bakalan hubungin lo duluan”, Diana bicara dengan gayanya yang centil. “iya cun, kita doain kok biar dia dan lo bisa kayak dulu”, Icha menyambung.
Pukul 14.45, bel pulang sekolah.
         Parkiran sekolah sudah mulai penuh, gemuruh suara motor sudah berbunyi dan satu per satu motor meninggalkan parkiran. Naira duduk di bawah pohon menunggu Diana yang belum keluar kelas. Dari jauh Haikal memperhatikan Naira dengan tatapan penuh arti. Tanpa sadar satu kalimat terucap didalam hati Haikal, “Naira gue masih sayang sama lo!”. Haikal sempat diam dan masih memandangi Naira. Beberapa saat setelah itu, Haikal teringat masa lalunya dan berusaha untuk melupakan kalimat yang sempat terucap didalam hatinya tadi.
Ketika sudah sampai dirumah, Haikal langsung tiduran di tempat tidur kesayangannya dan masih mengenakan pakaian seragam yang dipakainya kesekolah. Haikal memikirkan omongan Ali. Dia berfikir apa lebih baik dia dan Naira berdamai saja? Haikal memiliki rasa gengsi yang sangat tinggi dan dia malu untuk memulainya lebih dulu.
        Hari hari terus berlalu, Ujian Nasional pun tinggal menghitung hari. Haikal hanya bisa memandangi Naira disekolah tanpa satu teguran. Seperti hari hari biasanya Naira selalu berkumpul, bercanda, dan tertawa bersama kelima sahabtnya. Naira sedang foto foto didepan kelasnya, Haikal hanya bisa memandangi dari jauh. Begitu pun sebaliknya, Naira hanya bisa memperhatian Haikal dari jauh, ketika Haikal sedang main basket dilapangan atau ketika Haikal sedang jalan sendirian dan bersama teman temannya.
Mereka berdua mulai resah dan gelisah dengan apa yang mereka rasakan. Haikal menceritakannya lagi kepada sahabatnya Ali. Dan Naira juga menceritakannya ke Diana.
      Haikal sudah merasa cukup lega setelah menseritakannya ke Ali. Dan tanpa berfikir panjang, Haikal langsung menghubungi Naira saat itu juga. Dengan hati dag dig dug, Haikal mengetik sms yang akan dikirim untuk Naira. Haikal takut sekali jika Naira tidak membalas smsnya.
        “Naira. Apa kabar lo? Gue Haikal”, isi sms Haikal. Sudah hampir 40 menit Naira belum juga membalas sms Haikal.
Naira yang baru saja bangun tidur kaget dan tidak percaya kalau Haikal menghubunginya lagi. Naira pun langsung membalas smsnya dengan hati yang senang. Malam ini pun akhirnya mereka smsan.
       Keesokan harinya disekolah, Naira yang sedang merasakan jatuh cinta (lagi) langsung melakukan curhat colongan kepada kelima sahabatnya. Dan kelima sahabatnya langsung tertawa dan meledeki Naira. “ciyeeee, balikan nih kayaknya. Peje dong peje”, teriak si Chacha dan Nana.
Setiap berpapasan dengan Haikal, Naira selalu tersenyum. Perasaan tak bisa dibohongi. Mereka berdua masih saling sayang. Dan saatnya pun tiba, Haikal memutuskan untuk mengajak jalan Naira pada hari sabtu.
        Hari sabtu tiba. Seperti dulu, kalau jalan Haikal selalu menjemput Naira dengan motor Vario greynya. Haikal mengajak Naira ke satu Mall yang dulu sering mereka datangi ketika masih pacaran. Mereka tertawa dan bercanda bersama seperti dulu. Mereka juga sudah tidak kaku lagi. Haikal mengajak Naira untuk menonton film di 21 cinema. Mereka memilih tempat yang dulu sering mereka duduki, ya di bagian bawah dan dipojok.
        Ditengah tengah perjalanan film, tanpa sadar Haikal mencium kening dan bibir Naira dengan rasa tulus sepertinya masih sangat mencintainya. “aku masih sayang banget sama kamu. Aku mau kita bisa pacaran lagi kayak dulu”, Haikal langsung mengajak Naira untuk balikan. Naira merasa ia sedang mimpi. Dia tidak percaya hal seperti ini dapat terulang kembali. Naira juga masih sangat mencintai Haikal. Dan tanpa basa basi Naira langsung menjawab. “aku juga masih sayang sama kamu. Aku mau kal”, jawab Naira. Haikal mendengar kalimat itu dengan hati dan lega. Berkali kali dia mencium kening Naira.
        Ketika hari senin tiba, disekolah.
Seperti biasa, Haikal dan Naira langsung menceritakan semuanya kisah terindah mereka kepada sahabat sahabatnya. Dan lagi lagi semua sahabatnya meminta PB alias ‘Pajak Balikan’. Hahaha. Mereka berdua hanya menanggapi dengan tertawa. “btw, doa kita terkabul nih. Ehem ehem”, celetuk Vella sambil mencubit perut Diana dan Chacha. “doa apa tuh?”, Haikal penasaran. Dan Naira hanya diam memberi sinyal lewat mata kepada teman temannya agar tidak membongkar curhatan Naira yang selalu meminta doa agar dapat balikan.
Hari hari Naira semakin indah semenjak ia balikan dengan Haikal, sekarang Naira harus bisa membagi waktunya untuk bisa berkumpul bersama teman dan sahabatnya, juga bersama Haikal kekasihnya.
       Naira sangat besyukur kepada Tuhannya karena di akhir akhir masa SMAnya dia diberikan hadian dan kejutan kejutan terindah yang sepertinya sulit dilupakan begitu saja.